Jumat, 14 November 2014

TUGAS MEMBUAT CERPEN

RAHASIANYA



        Aku tak bisa tidur bahkan barang sedetikpun, perasaan takut yang tidak menentu ini terus mengikutiku. Setelah mengunjungi situs ramalan itu sebulan yang lalu, aku merasa seperti diikuti oleh seseorang. Bahkan kemarin ssepulang sekolah ada seorang laki-laki dewasa yang bertanya tentangku pada Rina, di depan sekolah. Seakan diteror, setiap hari aku selalu merasa gugup.

        sebulan yang lalu. . . . . . . . 

           "Lea, entar sore jalan-jalan yuk.!" ajak Rina.

           "kamu kan tau entar sore aku ada les, jadi aku mana bisa pergi. Maaf  yah,"

          "ya udah apa boleh buat, kalau gitu aku pulang duluan ya, entar gak ada ojek di depan." ucap Rina, yang nampak kecewa dengan jawabanku.

    Aku merasa bersalah pada Rina, dia sahabatku yang baik, apalagi melihat wajah kekecewaannya tadi. Tapi mau bagaimana lagi aku kan harus pergi les, kan percuma aku bayar kalau aku sendiri melalaikannya.

                            ********

        Sepulang les, seperti remaja normal lainnya yang selalu ditemani oleh sosial media maca facebook, twitter, dan sejenisnya. Menyebalkan sebenarnya beberapa hari ini kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya. Baru saja aku mau log out, tiba-tiba muncul sebuah situs ramalan yang kontan saja membuatku tertarik. Setelah mengisi data diri, kemudian ku klik ramalan jodoh. Menurutku situs ini sama saja dengan yang tidak ada yang istimewa, tapi yang membuatku merasa aneh adalah kalimat terakhir ramalan itu "selamat anda telah menjadi anggota organisasi kami.". Bukannya peduli, aku malah mengabaikannya. Namun setelah beberapa hari sebuah email yang berisi tawaran yang menurutku aneh dan sepertinya berkaitan dengan organisasi rahasia itu. Sejak saat itu teror seperti kiriman boneka tanpa kepala, sosial mediaku dibajak, dan hal buruk lainnya terjadi seolah-olah itu adalah kesialan yang beruntun.

        Hri ini aku sudah putuskan untuk tidak ke sekolah. Akan ku selidiki organisasi rahasia itu. Tapi sebelumnya aku meminta tolong pada Rina untuk membuat surat sakit, lalu saat itu juga ku telepon dia

    "Halo Rin."

     "iyaa, dengan Rina di sini, ada yang bisa saya bantu."

    "dasar Rina, udah tau aku. Aku gak sekolah hari ini, tolong buatkan surat sakitku."

    "wah wah, tumben banget. Kenapa sih?" tanya Rina penasaran.

    "ada deh entar aku ceritakan, pokoknya buat aja tu surat, dahh." lalu ku tutup telepon itu seketika. Aku belum menceritakan pada Rina tentang organisasi itu, aku tidak mau membuatnya khawatir.

         Sebagai seorang anak IT melacak alamat IP seseorang mudah bagiku. Setelah melacaknya tadi malam alamat IP email itu berasal dari sebuah warnet didekat pasar. Tempat itu bahkan tidak jauh dari rumahku, hanya sekitar 1 km. Segera saat itu juga aku meluncur naik ojek menuju tempat itu. Setelah sampai di warnet, ku cari komputer nomor tujuh sesuai dengan alamat IPnya. Kuperhatikan dengan seksama laki-laki yang berusia sekitar 25-an menggunakan komputer nomor tujuh. Sebenarnya hal tidak akan menjamin laki-laki itu yang menirim email padaku, karena bisa saja ia cuma pelangan biasa. Menurutku tidak ada yang aneh soal wajahnya, bahkan tidak terlihat seperti penjahat.

         Sekitar 15 menit aku menunggu, akhirnya laki-laki itu keluar. Sepertinya ia mulai sadar bahwa aku telah memperhatikannya sejak tadi. Kontan saja ia berlari menuju kerumunan orang di pasar. Tentu saja aku juga terkejut, dengan cepat aku mengikutinya , namun kerumunan orang di pasar menghalangi pandanganku. Walupun tertinggal jauh aku masih bisa melihat laki-laki itu masuk di sebuah ruko yang terlihat tutup. Kuberanikan diri melangkah masuk mengikuti laki-laki itu. 

    "selamat pagi Lea," sapa seorang laki-laki bertubuh tambun yang duduk di kursi, dan di sampingya berdiri laki-laki yang ku kejar tadi.

    "Biar aku tebak, kalian kan yang punya situs ramalan itu, kalian juga kan yang kirim email itu." jawab ku kesal.

     "kamu memang orang tepat, mampu menganalisa dengan cepat. Bagaimana dengan tawaranku? kamu akan keuntungan yang besar."

    "sebaiknya jangan berharap"

    "Lea Lea Lea, sayang sekali. Organisasi ini membutuhkan kemampuanmu."

    "Organisasi macam apa ini?! apalagi cara merekrut anggotanya begini, gak ada yang bakal berminta."

    "kamu pasti akan kembali kesini, saya jamin itu, ini ada hubungannya dengan kasus yang sedang ditangani ayahmu." uacapnya dengan bangga.

       Kulangkahkan kaki ku keluar dari tempat yanga membuat dadaku sesak itu. Sepanjang jalan pulang, pikiranku terus saja tertuju pada kalimat  terakhir laki-laki itu. Dari mana dia tau tentang ayahku, apa yang mereka lakukan, dan untuk apa mereka merekrutku. Pertanyaan itu terus muncul di otakku. Ayahku adalah seorang polisi, saat ini ia sedang menangani kasus pembunuhan yang melibatkan pejabat negara, itulah sebabnya ayahku jarang sekali pulang. Sesampainya di rumah, aku tidak bisa tenang. Ibu ku masih di luar negeri karena ada urusan pekerjaan. 

                        *********

       Malam ini semoga saja aku bisa tidur denagn tenang. Baru saja aku hendak menutup mata, terdengar suara tembakan, sepertinya berasal dari belakang rumahku. Aku beranikan diri keluar dan melihat apa yang sedang terjadi. Tidak ada apa-apa di luar hanya sebuah kotak. Perlahan-lahan ku buka kotak itu, ternyata isinya adalah sebuah pisau berdarah dan sepucuk surat yang di dalamnya tertulis "jika kamu ingin nyawa ayahmu selamat datanglah ke ruko dan bawa daftar nama pejabat yang disimpan oleh ayahmu, kalau tidak besok kamu akan menerima mayatnya." aku sangat terkejut, bahkan hampir saja jatuh. Rasanya dunia seperti menghukumku, aku tidak merasakan apa-apa pada kakiku ini. Tapi aku berusaha untuk tetap tabah, kemudian ku berlari menuju kamar ayahku. Sambil menangis ku bongkar semua laci dan lemari ayahku namun hasilnya nihil.

        Setelah cukup lama mencari, aku hampir saja menyerah, namun aku melihat kertas yang mencurigakan di bawah lemari ayahku. Ternyata dugaanku benar, kertas itu memang daftar nama yang diminta. Tanpa menutup pintu, aku berlari menuju ruko itu. Dipikiran ku hanya wajah ayahku, 1 km bukan apa-apa bagiku saat itu. Sesampainya di sana aku masuk, dan mendapati seseorang yang sangat familiar bagiku sedang tergeletak di lantai. Benar itu memang ayahku, baru saja aku hendak menghampirinya tiba-tiba seseorang menarik tanganku dan menendang kakiku. Saat aku berbalik untuk membalasnya, betapa terkejutnya aku saat ku dapati ternyata orang itu adalah Rina.

    "Rina, kamu . .  jadi kamu sama mereka. . " tak kuat rasanya aku sambung kata-kataku.

    "iya Lea, kenapa? kamu terkejut, simpan saja terkejutmu itu. Bukankan kami sudah memaksamu, baginilah akibatnya kalau kamu membangkang." ucapnya, yang semakin membuat air mataku jatuh.

    "aku gak nyangka kamu bergabung dengan mereka." belum sempat ku beri dia kesempatan menjawab, ku tendang kakinya. Lalu ku berusaha bangun kan ayahku, tapi ia tetap tak sadarkan diri.

        Laki-laki bertubuh tambun itu terus saja tertawa melihat ku. Saat itu dadaku benar-benar sesak, ku cari sesuatu di dalam ruangan yang gelap itu untuk melempar laki-laki tambun yang ku benci itu. Aku berdiri dan mengambil balok kayu besar itu, dengan sangat jelas ku lihat wajah Rina yang takut. Baru dua kali ku melangkah, tiba-tiba seluruh lampu ruko itu menyala. Saat itu air mata ku jatuh ketika melihat kue yang dibawa oleh ibuku, dan semua orang di ruangan itu bernyanyi selamat ulang tahun untukku. Ayah juga telah sadar, aku masih berdiri mematung hampir tak percaya dengan apa yang aku lihat sekarang. Rina berlari memelukku dan meminta maaf, dia kesal karena kakinya ku tendang.

        Ayahku menceritakan semuanya, laki-laki bertubuh tambun itu  adalah bawahan ayahku. Mereka benar-benar berhasil membuat jantung ku hampir copot. Semua ketegangan itu membuatku hampir gila.

    "Sayang, maafkan bunda. Sebenarnya bunda sudah pulang dari Malaysia dua hari lalu. Ayahmu sudah merencanakan ini sejak dua bulan lalu. Selamat ulang tahun sayang, jangan marah, ini dilakukan ayahmu untuk menguji kemampuanmu, kamu kan mau jadi polisi sperti ayahmu."

      Itulah kata-kata ibuku yang membuat semangatku bangkit. Benar-benar sweetseventeen yang membuatku hampir gila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar